Senin, 09 Desember 2024

Indonesia Ibarat Kapal (Bagian Pertama): Renungan dari Tahanan


TJOKROCORNER, ESAI -
Kasman Singodimedjo sosok tokoh Masjumi dan Muhammadiyah yang terkenal dalam tragedi dihapusnya 7 Kata, dan pidatonya pada Sidang Konstituate di Bandung (1959), adalah insan pertama yang membuat pernyataan tersebut! 

55 tahun yang lalu, pernyataan itu ditulisnya dalam buku berjudul “Renungan Dari Tahanan”, terbit 1969.

Pengibaratan ini sungguh benar adanya. Rujukan sanadnya langsung kepada al Quran. 

Tatkala, Alah SWT memerintah Nabi Nuh as membuat kapal (bahtera). “Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami (QS Hud [11] : 37; al-Mu’minun [23] : 27).

Desain dan manual pembuatannya langsung dalam pengawasan Allah SWT. Ini berarti, sumbernya adalah wahyu bukan ro’yu. 

Maka, kekuasaan yang dibangun sebagaimana membangun sebuah kapal itu wajib menggunakan manual tool-nya wahyu Allah SWT, dalam hal ini al Quran. 

Negara dengan pemerintahan yang tidak berdasarkan Islam sebagai dasar negaranya menyelisihi al Quran dan as Sunah. 

Al Quran menyebutnya sebagai ‘Al Fulqu’ senada dengan kata ‘Al Mulk’ yang artinya ‘kerajaan’ atau ‘kekuasaan’ yang dipakai sebagai nama surah dalam al Quran. Surah Al-Mulk (bahasa Arab:الملك,"Kerajaan") adalah surah ke-67.

Dalam QS Ali Imron (3) : 26 , dijelaskan tentang ‘Kekuasaan politik’ dengan menggunakan kata ‘Al Malik’ dan ‘Mulka’, yang artinya kekuasaan, otoritas dan kewenangan dalam bentuk kerajaan, pemerintahan, atau negara. 

Sedangkan al Quran, membuat ibarat atau imajeri tentang ‘wadah’ suatu ‘kekuasaan’ atau ‘kerajaan’ bagi manusia dengan ‘fulqa’ atau bahtera, kapal.

Dahulu, kesultanan Islam pertama Kerajaan/Kesultanan Samudera Pasai menggunakan gelar ‘Malik’ sehingga sebutannya menjadi Maliku Al Saleh. Sedangkan nama aslinya Marah Silu.

Sejatinya, sanadnya bersambung ke zaman Nabi Yusuf as yang menggunakan sebutan penguasa saat itu adalah al Malik. Seperti terdapat dalam surah Yusuf ayat 43, 50, 54, 72, 76, dan 100.

Al-Quran tidak menyebut kata Firaun dalam kisah Nabi Yusuf as karena penggunaan istilah ‘Firaun’ untuk penguasa Mesir baru digunakan 200 tahun setelah masa hidup Nabi Yusuf as. 

Pada saat Yusuf as menjadi bendahara negara, al Malik dalah adalah seorang penganut Tauhid sama seperti halnya Nabi Yusuf dan Nabi Yakub as. 

Jadi, otensitas historiografi al Quran sangat terjaga dan terpelihara. Maka, klaim bahwa Nabi Yusuf adalah pejabat negara dalam sistem Fira’aunisme terbantahkan secara telak! 

Jatinangor, 9/12/2024

Tulisan ini disajikan oleh Nunu A Hamijaya, Penulis buku Tetralogi Islam Bernegara & Negara Ummat.

Share:

0 Comments:

Posting Komentar